Jakarta (ANTARA) - Analis Reku Fahmi Almuttaqin mengingatkan investor kripto untuk tetap mengedepankan manajemen risiko yang solid, alih-alih hanya bergantung pada pola historis September Effect.
Ia mengatakan bahwa investor sebaiknya memantau faktor fundamental dan makroekonomi untuk mengambil keputusan yang lebih bijaksana, bukan panik atau menjual secara impulsif.
“Pola musiman hanyalah salah satu dari sekian banyak indikator yang harus dipertimbangkan dalam strategi investasi. Diversifikasi portofolio seperti dengan mengkombinasikan ekuitas, misalnya saham AS dan aset kripto, juga menjadi salah satu alternatif yang bisa dieksplorasi,” kata Fahmi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Bagi investor konservatif yang baru mengeksplorasi pasar kripto, aset berkapitalisasi besar seperti Bitcoin, Ethereum, XRP, dan Solana dapat menjadi pilihan menarik.
Baca juga: Lima aplikasi trading untuk Bitcoin Perpetual
Di tengah volatilitas dan rotasi kapital yang dinamis di altcoin, Fahmi mengatakan bahwa aset besar umumnya lebih tahan dan kerap menjadi incaran utama investor besar saat sentimen bullish berkembang.
Fenomena September Effect merupakan pola musiman yang terkonfirmasi data historis, meski penyebabnya masih diperdebatkan.
Pola ini pertama kali tercatat di bursa saham Amerika Serikat (AS) sejak awal abad ke-20. Indeks utama seperti S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) cenderung mencatatkan kinerja terburuknya di bulan September dibandingkan 11 bulan lainnya.
Fenomena ini semakin kuat karena September kerap menjadi momentum koreksi signifikan, seperti koreksi pasar pada 1929 dan 2008.
Fahmi menjelaskan, fenomena September Effect juga banyak dikaitkan ke pasar kripto. Bitcoin, yang dikenal dengan volatilitasnya, juga menunjukkan pola serupa. Sejak 2013, data historis mencatat rata-rata return Bitcoin di bulan September cenderung negatif.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.